Senin, 10 September 2018

Sejarah Nasi Kuning di Indonesia

Sejarah Nasi Kuning
Nasi Kuning Tumpeng

Detektif Sejarah - Nasi kuning adalah makanan unik Indonesia. Makanan ini terbuat dari beras yg di proses berbarengan kunyit serta santan dan rempah-rempah. Dengan ditambahkannya bumbu-bumbu dan santan, nasi kuning punya perasaan yg lebih gurih daripada nasi putih. Nasi kuning adalah salah satu variasi dari nasi putih yg sering dipakai menjadi tumpeng. Nasi kuning biasa disiapkan dengan bermacam lauk-pauk unik Indonesia.

Makna dari Nasi Kuning Bagi Orang Indonesia


Dalam kegiatan rutin Indonesia warna nasi kuning melambangkan gunung emas yg bermakna kekayaan, kemakmuran serta akhlak yg baik. Oleh jadi itu nasi kuning sering disiapkan pada momen syukuran dan peristiwa-peristiwa suka seperti kelahiran, pernikahan dan tunangan. Dalam kegiatan rutin Bali, warna kuning adalah diantaranya dari empat warna keramat yg ada, tidak cuman putih, merah dan hitam. Nasi kuning oleh karena itu sering buatlah makanan pada upacara kuningan.
Masyarakat di pulau Jawa, Bali dan Madura punya tradisi membuat tumpeng buat kenduri atau merayakan satu momen utama.

Walaupun demikian sekarang hampir semua rakyat Indonesia memahami tumpeng. Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, lebih pulau Jawa, yg dipenuhi jejeran gunung berapi. Tumpeng ada dari kegiatan rutin purba masyarakat Indonesia yg memuliakan gunung menjadi tempat bersemayam banyak hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang) . Setelah masyarakat Jawa berlandaskan dan dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, nasi yg dibikin berwujud kerucut mempunyai tujuan buat mencontoh bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.

Walaupun kegiatan rutin tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, kegiatan rutin tumpeng pada perubahannya diadopsi dan di kaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan diliat jadi pesan leluhur mengenai permohonan pada Yg Maha Kuasa. Dalam kegiatan rutin kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disiapkan dengan awal kalinya diselenggarakan pengajian Al Quran. Menurut kegiatan rutin Islam Jawa, " Tumpeng " ialah akronim dalam bhs Jawa : yen metu kudu sing mempeng (jikalau keluar harus dengan sungguh-sungguh) . Sedetilnya, ada satu unit makanan lagi namanya " Buceng " , dibikin dari ketan ; akronim dari : yen mlebu kudu sing kenceng (jikalau masuk harus dengan sungguh-sungguh) Serta lauk-pauknya tumpeng, beberapa 7 variasi, angka 7 bhs Jawa pitu, maksudnya pitulungan (pertolongan) . Tiga kalimat akronim itu, ada dari satu doa dalam surah al Isra' ayat 80 : " Ya Tuhan, masukanlah gue dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah gue dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yg beri pertolongan ".

Berdasarkan sejumlah ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW waktu akan tukar keluar dari kota Mekah menuju kota Madinah. Menjadi jikalau seseorang berhajatan dengan memberikannya Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan pada Yg Maha Pencipta supaya kita dapat mendapatkan kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta mendapatkan kemuliaan yg beri pertolongan. Dan itu semua akan kita capai jikalau kita pengin mengupayakan dengan sungguh-sungguh.

Tumpeng ialah bagian utama dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah bentuk perasaan syukur dan terima kasih pada Yg Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan barokah yg lainnya. Karena punya nilai perasaan syukur dan perayaan, sampai sekarang tumpeng seringkali mempunyai kegunaan menjadi kue hari lahir dalam perayaan pesta hari lahir.
Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, kegiatan rutin nggak tercatat berikan himbauan pucuk tumpeng dipotong dan dikasihkan pada orang yg amat utama, amat terhormat, amat dimuliakan, atau yg amat dituakan pada sebagian orang yg ada.

Ini mempunyai tujuan buat memberikannya perasaan hormat pada orang itu. Selanjutnya beberapa orang yg ada diundang buat bersama-sama nikmati tumpeng itu. Dengan tumpeng masyarakat memberikannya perasaan syukur dan terima kasih pada Tuhan sekaligus juga merayakan kebersamaan dan kerukunan. Acara yg sertakan nasi tumpeng disebut secara pemula menjadi 'tumpengan'. Di Yogyakarta contohnya, berkembang kegiatan rutin 'tumpengan' saat malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, buat mendoakan keselamatan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar