Rabu, 06 Februari 2019

Sejarah Kue Keranjang di Indonesia

Sejarah Kue Keranjang di Indonesia
Kue Keranjang

Kue keranjang dibikin bukan tiada arti, teksturnya yang lengket, memiliki bentuk yang bundar, serta penyajiannya yang tidak bisa 4 mempunyai filosofi hidup yang masih tetap diyakini sampai saat ini. Waktu kue keranjang mulai menjamur dijajakan di market maupun pertokoan, waktu itu lah jadi tanda-tanda jika imlek sesaat kembali datang. Memakan serta bagikan kue keranjang waktu Imlek datang telah jadi kebiasaan turun temurun yang diwariskan oleh leluhur beberapa orang Tionghoa.

Belumlah dapat diyakinkan kapan persisnya kue keranjang ini ada di tengahnya dunia perkulineran Indonesia. Akan tetapi, yang tentu, kue cokelat manis ini dibawa oleh beberapa beberapa orang Tiongkok yang migrasi ke Indonesia semenjak 1-6 SM.

Dalam membuat tulisan mengenai riwayat kue keranjang ini, kami mewancarai pengamat kota Semarang, Jongkie Tio, yang telah kenal riwayat perubahan jaman dari waktu ke waktu. Jongkie Tio juga menuturkan pada kami bahan pembuatan kue keranjang, proses pembuatan, riwayat dibalik kue keranjang, serta arti nya.

Kue keranjang dimaksud pun Nian Gao. Lalu ada pula yang mengatakan dodol China maupun kue manis. Dimaksud kue manis sebab kue ini memang mempunyai cita perasaan yang manis.

Kombinasi tepung ketan serta gula menjadi bahan basic pembuatan kue berwarna cokelat. Akan tetapi, bersamaan mengembangnya trend kuliner di Indonesia, sekarang banyak didapati kue keranjang dengan beberapa pilihan warna serta perasaan.

Langkah penyajian kue keranjang juga bermacam. Ada yang mengkonsumsinya dengan cara langsung. Ada pula yang mengirisnya tipis serta menggorengnya dengan diberi telor. Kue keranjang ini juga bertahan lama, dapat tahan sampai 1 tahun bila disimpan dengan baik.

Proses pembuatan kue ciri khas Imlek ini pula gampang. Adonan tepung ketan serta gula diaduk-aduk sampai mengental lalu dikukus. Waktu proses pengukusan, diperlukan keranjang untuk mengukus adonan tepung serta gula barusan.

Dahulu, kue keranjang dikukus serta dibungkus memakai daun pisang. Aroma yang keluar juga lebih wangi. Akan tetapi, sekarang, kue keranjang cuma dibungkus memakai plastik bening agar menarik hati.

Waktu kami wawancarai Jongkie Tio, ada cerita menarik dibalik riwayat kehadiran kue keranjang. Memang benar, sampai saat ini juga belumlah tahu kapan tentunya kuliner lengket ini pertama-tama dibuat di Indonesia, akan tetapi kue keranjang ini nyatanya menaruh legenda.

Ada dua vs cerita yang menuturkan asal muasal kue keranjang ini. Legenda itu dibawa oleh beberapa orang tionghoa yang bermigrasi di Indonesia.

Pertama, kue keranjang atau biasa dimaksud Nian Gao ini datang dari cerita mengenai raksasa jahat serta pemuda dalam suatu desa di dataran Tiongkok. Dikisahkan, raksasa jahat bernama Nian itu sering mengganggu manusia serta semua mahluk yang tinggal di Tiongkok. Tidak cuma mengganggu, raksasa jahat ini juga memangsa manusia.

Satu waktu, pemuda baik hati bernama Gao hadir ke desa itu. Dengar tindakan jahat sang raksasa, Gao mempunyai inspirasi untuk mengusir raksasa itu. Ia minta masyarakat desa untuk bikin kue manis yang lengket untuk ditempelkan di muka pintu. Jadi, waktu sang raksasa hadir ke rumah untuk memangsa masyarakat akan tertipu serta teralihkan dengan manis serta lengketnya kue itu.

Lalu, cerita lainnya bercerita mengenai kue keranjang yang tidak dapat dijauhkan dari Dewa Dapur. Semula narasi munculnya dewa dapur ini cukuplah panjang. Satu hari hiduplah sepasang suami istri yang hidup dengan jual camilan. Ke-2 pasangan ini mempunyai dua peruntungan yang berlainan. Sang suami tetap terasa dianya kurang mujur waktu berjualan sedang makanan yang di jual istrinya tetap laku manis.

Sebab terasa iri dengan rejeki yang didapat istrinya, sang suami akan memutuskan untuk menceraikan istrinya serta meneruskan upayanya seseorang diri. Akan tetapi, seiring waktu berjalan, sang suami alami kemunduran dalam berupaya. Hidupnya menanggung derita serta terlantar. Di lain sisi, sang istri justru hidup bergelimang rejeki sebab kebaikan hatinya.

Satu hari, sang istri tengah buka dapur umum untuk beberapa gelandangan. Ia membagi-bagikan makanan gratis. Waktu itu, sang suami tidak menyengaja hadir ke dapur umum itu untuk minta sesuap nasi. Tahu kehadiran bekas suaminya di dapur umum, sang istri memberi makanan yang di dalamnya ada barang pemberian sang suami.

Lantas, waktu buka makanan itu, sang bekas suami tersadar jika barang itu adalah barang punya istrinya dahulu. Terasa malu dengan keadaannya saat ini, sedang di satu bagian istri yang dicampakkannya sudah sukses, sang suami pilih untuk bunuh diri di dapur umum itu.

Arwahnya juga gentayangan. Menghantui rumah-rumah masyarakat. Arwah ini juga yang pada akhirnya diketahui dengan Dewa Dapur. Tiap-tiap tahun sekali, ia pergi ke kayangan untuk memberikan laporan amal baik serta jelek pasangan yang menempati rumah yang didatanginya. Bila beberapa yang tinggal di rumah itu beramal jelek, jadi sang dewa akan memberi sumpah.

Jadi, supaya Dewa Dapur memberi laporan-laporan baik mengenai kehidupan beberapa yang tinggal di rumah itu, masyarakat ditempat membuat kue manis menjadi penutup mulut serta memberikan laporan beberapa hal yang manis.

Arti Kue Keranjang di Perayaan Imlek 


Tidak hanya cerita terciptanya, kue manis berwarna cokelat ini juga menaruh arti yang menarik untuk ditelisik.

Bila dilihat, kue yang tersebar di market tentu berupa bulat. Bukan memanjang, kotak, maupun segitiga. Menurut Jongkie Tio, kue keranjang mempunyai arti spesial. Memiliki bentuk yang bulat melambangkan persatuan. Perasaan manisnya juga mempunyai arti supaya siapa saja yang mengonsumsi kue ini akan tetap berkata yang baik-baik serta manis. Sedang teksturnya yang lengket berarti supaya jalinan keluarga semakin erat.

Kue ini juga tidak bisa diberikan asal-asalan. Sekurang-kurangnya janganlah menyajikannya dalam jumlahnya 4 sebab buat orang Tionghoa, empat atau shi bermakna mati. Serta ini juga bukan perihal baik atau akan bernasib apes. Lebih baik menyajikannya dalam jumlahnya ganjil. Jika akan diberikan dalam jumlahnya genap, terbaik diberikan 6 buah. Serta yang tidak bisa dilupakan, kue keranjang diatur menjulang ke atas dengan arti supaya semua doa dapat tersampaikan pada dewa-dewa diatas.